Astra Otoparts dan Dharma Polimetal Tetap Cuan, Meski Pasar Otomotif Tertekan

Kamis, 30 Oktober 2025 | 10:00:20 WIB
Astra Otoparts dan Dharma Polimetal Tetap Cuan, Meski Pasar Otomotif Tertekan

JAKARTA - Meskipun industri otomotif nasional sedang menghadapi tekanan, sejumlah emiten komponen justru menunjukkan ketahanan luar biasa. PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) dan PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) berhasil membukukan kenaikan laba bersih sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025.

Keduanya menjadi bukti bahwa strategi efisiensi dan diversifikasi produk masih menjadi kunci untuk mempertahankan profitabilitas di tengah pasar kendaraan yang melambat. Data kinerja keuangan menunjukkan pertumbuhan yang solid, sekalipun tekanan makroekonomi belum sepenuhnya mereda.

AUTO dan DRMA Tetap Melesat di Tengah Tekanan Pasar

Berdasarkan laporan keuangan terbaru, Astra Otoparts (AUTO) mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,56 triliun pada kuartal III/2025. Capaian ini meningkat 2,62% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,52 triliun.

Pertumbuhan laba tersebut didukung oleh kenaikan pendapatan bersih sebesar 4,51% secara tahunan menjadi Rp14,8 triliun. Pada periode sembilan bulan tahun 2024, pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp14,16 triliun, yang menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.

“Pertumbuhan kinerja kuartal III/2025 perseroan menjadi cerminan kepercayaan pelanggan terhadap kualitas produk dan layanan Astra Otoparts. Kami akan terus memperkuat kolaborasi, efisiensi rantai pasok, dan inovasi produk untuk menjaga daya saing jangka panjang,” ujar Direktur Astra Otoparts, Sophie Handili.

Tak kalah tangguh, Dharma Polimetal (DRMA) juga melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 1,89% secara tahunan menjadi Rp419,87 miliar. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih perusahaan tercatat Rp412,07 miliar.

Kenaikan tersebut selaras dengan pertumbuhan pendapatan DRMA yang naik 9,2% menjadi Rp4,39 triliun per kuartal III/2025. Pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan perseroan berada di angka Rp4,02 triliun, menegaskan strategi diversifikasi yang dijalankan berhasil menjaga kinerja tetap positif.

“Keberhasilan perseroan meraih kinerja solid di situasi sulit ini terjadi berkat strategi diversifikasi produk serta efisiensi di lini manufaktur yang turut memperkuat profitabilitas,” ungkap President Direktur Dharma Polimetal, Irianto Santoso.

Emiten Komponen Lain Tak Mau Kalah: BOLT Bersinar, GJTL Tertekan

Selain AUTO dan DRMA, emiten komponen otomotif lainnya seperti PT Garuda Metalindo Tbk. (BOLT) juga berhasil mencetak pertumbuhan signifikan. BOLT mencatat laba bersih sebesar Rp107,75 miliar per kuartal III/2025, meningkat 63,09% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan ini sejalan dengan kenaikan penjualan neto sebesar 13,55% secara tahunan, menjadi Rp1,25 triliun. Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian pelaku industri komponen masih mampu bertahan dengan strategi produksi efisien dan diversifikasi pelanggan.

Namun, tidak semua emiten menikmati kinerja positif. PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) justru mencatatkan penurunan laba hingga 20,12% secara tahunan. Perusahaan ini hanya mampu meraih laba Rp789,69 miliar per kuartal III/2025, dibandingkan Rp988,55 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya penjualan bersih sebesar 2,38% menjadi Rp13,12 triliun. Kinerja GJTL yang tertekan mencerminkan kerasnya persaingan dan pelemahan permintaan kendaraan di pasar domestik.

Lesunya Pasar Otomotif Nasional Jadi Tantangan Berat

Meskipun beberapa emiten mencatatkan pertumbuhan, industri otomotif Indonesia secara keseluruhan tengah menghadapi masa sulit. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales pada Januari–September 2025 tercatat 561.819 unit, turun 11,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, penjualan mobil secara ritel juga mengalami kontraksi 10,9% menjadi 585.917 unit hingga kuartal III/2025. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan sembilan bulan pertama 2024 yang mencatatkan penjualan 657.448 unit.

Analis Ina Sekuritas, Arief Machrus, dalam risetnya menilai bahwa industri otomotif nasional sedang menghadapi tahun yang penuh tekanan. Ia memproyeksikan penjualan kendaraan roda empat akan turun sekitar 8% secara tahunan menjadi 800.000 unit, di bawah target Gaikindo sebesar 850.000 unit.

“Pelemahan industri otomotif terjadi di tengah daya beli konsumen yang lemah dan suku bunga yang tinggi. Pembeli semakin beralih ke mobil bekas dan kendaraan bermotor roda dua, meskipun penjualan kendaraan bermotor roda dua di semester I/2025 juga turun 2%,” kata Arief.

Lesunya industri otomotif jelas menekan produsen komponen seperti AUTO dan DRMA. Kondisi ini membuat pelaku industri harus lebih inovatif dalam menjaga pertumbuhan agar tidak terjebak dalam stagnasi pasar yang menurun.

Analis Samuel Sekuritas, Jason Sebastian, juga menilai bahwa tantangan industri otomotif tahun ini cukup berat. Ia memperkirakan penjualan mobil nasional bisa turun 7%-9% secara tahunan pada 2025 karena tekanan ekonomi global dan domestik.

“Kondisi pasar yang sulit ini dapat membebani pertumbuhan jangka pendek bagi DRMA, meskipun ada beberapa dukungan tahun ini dari peluncuran suku cadang baru,” ujar Jason dalam risetnya.

Strategi Bertahan: Diversifikasi dan Efisiensi Jadi Jurus Utama

Menghadapi tekanan tersebut, sejumlah emiten komponen otomotif menempuh strategi berbeda untuk menjaga profitabilitas. Dharma Polimetal (DRMA) menjadi salah satu yang paling agresif dalam melakukan diversifikasi produk dan inovasi teknologi.

Perseroan membangun dan memperluas ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sebagai langkah strategis jangka panjang. Untuk itu, DRMA mengembangkan unit bisnis baru bernama Dharma Connect (DC) yang berfokus pada komponen kendaraan listrik.

Selain memperkuat lini utama, DRMA juga menggarap pasar after market melalui pengembangan produk aki lithium 12V, 6Ah. Perusahaan ini juga menjajal diversifikasi ke segmen non-komponen otomotif dengan menghadirkan produk Battery Energy Storage System (BESS) yang relevan dengan tren energi baru.

Tak hanya diversifikasi, DRMA juga menekankan efisiensi di lini produksi. Teknologi otomatisasi diterapkan di sejumlah fasilitas manufaktur untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas produk.

Langkah efisiensi juga diimbangi dengan upaya pengendalian rantai pasok. Dengan rantai pasok yang terkendali, perusahaan mampu menjaga stabilitas produksi meski pasar otomotif sedang melemah.

Sementara itu, Astra Otoparts (AUTO) juga mengembangkan strategi diversifikasi ke sektor non-otomotif. Perseroan kini memperluas portofolio bisnis ke produk alat kesehatan, komponen alat berat, dan industri lain yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi.

Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan pada pasar otomotif domestik. Dengan diversifikasi tersebut, AUTO berharap dapat memperkuat fondasi bisnis jangka panjang dan menjaga pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.

Prospek Industri: Tantangan Masih Besar, Tapi Optimisme Terjaga

Meski tekanan ekonomi masih membayangi, prospek jangka panjang industri komponen otomotif dinilai tetap menjanjikan. Perkembangan kendaraan listrik, kebijakan substitusi impor, dan dorongan investasi industri hijau menjadi katalis positif yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan seperti AUTO dan DRMA.

Emiten yang mampu beradaptasi terhadap tren elektrifikasi dan menerapkan efisiensi operasional akan lebih mudah mempertahankan posisi di tengah persaingan global. Keberhasilan AUTO, DRMA, dan BOLT menjadi contoh bahwa adaptasi cepat bisa menghasilkan kinerja cemerlang, bahkan ketika pasar sedang tidak bersahabat.

Jika strategi diversifikasi dan efisiensi terus dijalankan secara konsisten, bukan tidak mungkin sektor komponen otomotif Indonesia akan bangkit lebih kuat. Dengan dukungan inovasi dan kolaborasi lintas industri, peluang untuk menjaga pertumbuhan di masa depan masih sangat terbuka.

Terkini